Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Ruang Kelasku

Ruang kelasku saat KBM Tatanan Normal Baru

Ulangan Online

Silakan klik untuk Ulangan Online Bab 1 Teks Laporan Percobaan.

Percobaan Membuat Pelangi

Laporan Percobaan Membuat Pelangi

Tampilkan postingan dengan label Produk Saya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Produk Saya. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Juli 2023

Selamat Datang di SpeedCash

Bayar PLN Sekarang Biar Nggak Kepikiran!

 https://www.speedcash.co.id/?b=daae782c


 Dapatkan diskon langsung sekarang untuk bayar PLN pakai aplikasi SpeedCash.

Cara bayar PLN mudah di aplikasi SpeedCash

·         Buka aplikasi SpeedCash

·         Pilih menu PLN

·         Pilih jenis Token PLN/ Tagihan PLN

·         Ketik ID Pelanggan kamu

·         Klik Lanjutkan

·         Klik Bayar

·         Pembayaran berhasil, struk akan terlihat otomatis.

Mumpung masih awal bulan, yuk bayar PLN sekarang dan dapatkan diskon langsung Rp.1.500

Bingung isi saldonya? tenang, kamu bebas pilih caranya!

Cara Mudah Isi Saldo SpeedCash:

·         Buka aplikasi SpeedCash

·         Klik Menu Top Up

·         Pilih metode pembayaran: -Transfer Bank Virtual Account, atau -Transfer Bank Manual

Alfamart:

·         Sampaikan ke kasir: Saya ingin beli voucher elektronik SpeedCash.

·         Sampaikan No. HP terdaftar kamu di SpeedCash.

·         Pilih nominal voucher: Rp. 50.000, Rp. 100.000, Rp. 200.000, Rp. 500.000, Rp. 1.000.000.

·         Pastikan saldo SpeedCash kamu bertambah. Caranya: Klik tombol INFO, lalu tekan Refresh.

·         Simpan tanda terimanya sebagai bukti pembayaran sah.

Dapatkan diskon langung sekarang untuk bayar PLN pakai aplikasi SpeedCash.

Cara bayar PLN mudah di aplikasi SpeedCash

·         Buka aplikasi SpeedCash

·         Pilih menu PLN

·         Pilih jenis Token PLN/ Tagihan PLN

·         Ketik ID Pelanggan kamu

·         Klik Lanjutkan

·         Klik Bayar

·         Pembayaran berhasil, struk akan terlihat otomatis.

Mumpung masih awal bulan, yuk bayar PLN sekarang dan dapatkan diskon langsung Rp.1.500

Bingung isi saldonya? tenang, kamu bebas pilih caranya!

Cara Mudah Isi Saldo SpeedCash:

·         Buka aplikasi SpeedCash

·         Klik Menu Top Up

·         Pilih metode pembayaran: -Transfer Bank Virtual Account, atau -Transfer Bank Manual

Alfamart:

·         Sampaikan ke kasir: Saya ingin beli voucher elektronik SpeedCash.

·         Sampaikan No. HP terdaftar kamu di SpeedCash.

·         Pilih nominal voucher: Rp. 50.000, Rp. 100.000, Rp. 200.000, Rp. 500.000, Rp. 1.000.000.

·         Pastikan saldo SpeedCash kamu bertambah. Caranya: Klik tombol INFO, lalu tekan Refresh.

·         Simpan tanda terimanya sebagai bukti pembayaran sah.

Kamis, 10 September 2020

Jalan Masih Panjang

JALAN MASIH PANJANG

        Hari itu, 7 Juni 2003. Langit kota Kupang Nampak cerah, secerah terpaan bias-bias sinar sang dewa cahaya, di ufuk Timur. Pagi ini angin berhembus perlahan, sejuk dan nayaman rasanya. Kesibukan hari itu mulai terasa kembali. Namun ada satu hal yang sangat disayangkan. Hari itu angkota mandek (mogok), sehingga aktifitas terhambat. Banyak orang yang tidak ke tampat kerja, ada yang terpaksa jalan kaki, karena jarak ke tempat di mana mereka bekerja tidak terlalu jauh. Tetapi mereka yang biasanya dua kali numpang angkot terpaksa tidak masuk kerja.

Angkot mandek dampak dari harga BBM yang melambung tinggi sedangkan tarif angkutan belum disesuaikan. Sopir dan pemilik angkot merasa rugi. Ini menjadi persoalan yang sering terjadi manakala harga BBM dinaikkan, tapi keputusan tentang tarif angkutan terlambat diumumkan. Yang menjadi pemandangan menariklah jalur jalan dan halte yang biasa dipadati angkota sepi. Tapi penumpang membludak. Sesekali muncul dua, tiga angkot tapi tidak berhenti untuk muat penumpang. Sopir dan kondektornya saja yang ada di sana sambil mutar musik keras.

***

Mogoknya angkot membuat hatiku sangat cemas. Gelisah tiada bandingannya. Sesekali aku menatap Seiko yang melinkar di tanganku. Akh . . . mengapa waktu berjalan begitu cepat. Sementara masih cukup jauh, jarak untuk mencapai sekolahku. Gelisah dan semakin gelisah. Jantung berdetak kencang, tak seperti biasanya. Mulanya aku anggap pengaruh jalan kaki terlalu jauh. Tapi ini tidak seperti biasanya, mengapa seperti ini? . . . gerutu hati ini. Mengapa dikala aku harus menunjukkan hasil perjuangan selama tiga tahun ini, angkota mogok dan jiwaku bak terpenjara kegelisahan? Aku harus kuat, aku harus bisa. Ya Tuhan. . . berilah aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Bantulah aku agar tidak terlambat tiba di sana. Sejenak aku termenung memikirkan berbagai beban yang telah orang tuaku pikul hanya untuk sekolahku. Mereka bekerja keras dan berdoa agar aku sukses dalam studi sehingga kelak jadi orang terpandang, Jadi orang besar itu harapannya.

***

Alhamdulillah! Waktu ujian belum dimulai ketika aku tiba di halaman sekolah. Teman-teman telah berkumpul di sana dan sesaat akan membentuk barisan di depan ruangan ujian masing-masing. Keringat di wajah mulai mengering, karena dihembus angin yang perlahan dan menyejukkan kegerahan yang kurasakan. Sejuk dan tenang rasanya. Namun ketika dering bel terdengar seakan-akan tak dirasakan semuanya itu. Hati mulai cemas lagi. Jantung berdetak kencang, tak seperti biasanya. Aku mulai lemas, ketika itu dada mulai ikut-ikutan mengguntur. Ahk. . . mengapa seperti ini?

Semuanya sudah terjadi, dan tak dapat dihindari, ketika lembaran soal ujian dibagikan. Kegelisahan dan kecemasan ini, akhirnya berbaur bersama sejuta tanya yang hadir dalam benak ini, yang juga belum tahu jawabannya. Soal macam mana yang muncul? Yang mana yang ditanya? Sulit atau gampung? Yang ini atau yang itu? Jangan-jangan soal tahun lalu muncul? Ada-ada saja kecemasan yang mengaul-gauli hati saat itu.

Nomor demi nomor soal, satu per satu dibaca semuanya. Mulai dari satu . . . lima . . . sepuluh  . . . lalu dua puluh. Akh . . . sulitnya bukan main. Ini yang mana yang benar, semuanya hampir sama. Mungkin a. Tapi A hampir sama dengan C, D, dan E. Jangan-jangan soal yang salah. Oh . . . kecuali. Pasti B yang benar. Yang ini pasti E dan seterusnya. Nomor yang ini mudah, yang itu sedikit-sulit. Yang ini gampang. Kalau yang ini lebih gampang lagi. Yang ini, Sulit! Oh gampang juga. Dan aha . . . lega. Bebas kini, hati yang terbelenggu kelalutan. Soal-soal tadi seakan-akan membawa kunci. Yah kunci kebebasan bebas dari beban pikiran, bebas dari tekanan, bebas dari tugas, pekerjaan rumah, bebas untuk . . . tidak belajar. Dan bebas untuk apa saja.

Kini rasanya ada secercah kesejukan, mulai memasuki, ruang ujian saat itu. Walaupun di luar udara mulai panas. Hati teras legah dan nyaman. Angin mulai bertiup kencang. Beruntung di halaman sekolahku ada taman, sehingga kesejukan memasuki ruang ujian. Hati pun mulai bersuka ria, tak kala setipa soal diselesaikan tanpa ganjalan berarti.

Hari itu merupakan hari penentuan. Hari untuk menunjukan hasil perjuangan selama tiga tahun. “Perjuangan tiga tahun, diakhiri dengan pertempuran – ujian akhir tiga hari dan tiga kali bel di hari terakhir.” Itulah kata-kata guru bahasa kala menutup pertemuan terakhir, pelajaran Bahasa Indonesia, waktu itu. Sungguh, sangat menyenangkan masa-masa di es em u yang telah aku jalani, nikmati danakhiri dengan baik. Kini aku sangat bebas.saat-saat yang menegangkan berlalu sudah. Ujian tiga hari telah berlalu dan kini yang tersisa hanyalah hembusan nafas lega dan sorak-sorai di hati. Tetapi perasaan ini tak berlangsung lama. Karena dibalik semua itu, terlukis begitu banyak kekecewaan dan kecemasan. Cemas, karena hasil ujian masih dinanti. Kecewa, karena selama ujian tiga hari, ada beberapa soal yang takterjawab. Apa lagi kalau nanti ternyata aku tidak lolos. Akh . . . masih harus menanti lagi. Pekerjaan yang satu ini yang membosankan, apalagi turut membuat hati cemas takkaruan.

***

Ke mana aku akan melanjutkan? Ke universitas mana dan fakultas apa. Namun apakah orang tuaku masih mampu menyekolahkanku ke perguruan tinggi? Dengan beban ekonomi yang menghimpit, harga-harga barang tinggi, sembako tak terjangkau akibat harga BBM naik. Masih mampukah orang tuaku menyekolahkanku? Hal-hal ini membuat aku berpikir panjang. Pikir punya pikir dan sesaat termenung, muncullah suatu ide agar aku jangan terlampau hanyut dan tengelam, dalam kegelisahan dan kecemasan. Sebab jalan masih panjang. Hidup ini masih membutuhkan perjuangan. Perjuangan yang senantiasa membawa setiap aku untuk melihat, pahit manisnya hidup yang harus diperjuangkan. Yang menentukan adalah memahami prinsip hidup masing-masing. Sebab kebebasan yang berprinsip, merupakan dasar penataan, penentuan dan penemuan diri.***

                                                                                           Penfui, Juli 2003

Cerpen ini telah diterbitakan dalam buku berjudul Menghadang Hujan penerbit LovRINZ PUBLISHING CV RinMedia